Friday, September 25, 2015

Simple Prayer

0 comments
I want to obey You


Until I die



Universe,


Please



Support  me doing this.

Expectation


Ada saat ketika kita benar-benar berharap sesuatu akan menjadi kenyataan, justru malah jauh dari pandangan kita. Ada saat dimana kita benar-benar yakin sebuah takdir memihak pada diri kita, malah berbalik meninggalkan kita. Adapula saat bagaimana kita memutuskan suatu hal yang menurut kita baik, tapi belum tentu baik bagi orang lain. Menghadapi saat-saat seperti ini adalah salah satu yang tersulit dalam hidup. Karena begitu kita memberikan kepercayaan sepenuhnya, saat itu pula kepercayaan itu tiba-tiba goyah. Dalam menghadapi kejadian seperti ini, menangis adalah satu hal yang tidak bisa dihindari.
           

 Membayangkan hal buruk saja dapat merangsang air mata untuk mengalir membasahi pipi anda, apalagi ketika hal buruk itu terjadi. Anda akan menangis karena pada saat itu anda berpikir anda sungguh menyedihkan atau segalanya terjadi begitu menyedihkan dalam hidup anda. Anda terus menangis sambil menyesali apa yang telah anda lakukan sebelumnya. Kemudian satu persatu kenangan tentang pengorbanan  untuk mencapai visi anda berputar bagaikan video yang sedang ditonton. Anda mulai membuat perbandingan antara usaha dan hasil. Apabila anda mendapati bahwa usaha sebanding dengan hasil, maka saat itu anda merasa bahwa anda sukses atau mungkin anda lebih berpikir bahwa Tuhan adil kali ini. Sebaliknya apabila anda mendapati bahwa hasil lebih kecil daripada usaha anda, maka anda berpikir bahwa anda adalah seorang yang gagal dan menilai bahwa Tuhan tidak cukup adil. Orang-orang berkata hal seperti ini adalah cobaan atau ujian. Orang-orang berkata bahwa kita harus dapat menerima keadaan pahit dan manis seperti halnya roda yang berputar kadang diatas, kadang dibawah. Tapi benarkah Tuhan setega itu? Benarkah Tuhan mengoyahkan anda disaat anda sedang kokoh? Benarkah Tuhan menghancurkan harapan disaat anda sedang merajut mimpi-mimpi? Semuanya kembali lagi kepada diri anda. Mengintropeksi diri adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan. Kenali lagi diri anda. Dimana anda telah melakukan kesalahan dan kekhilafan. Seperti yang kita tahu, tidak ada pekerjaan yang begitu sempurna sehingga kita perlu mengintropeksi dan membuat resolusi baru. Berdoalah pada Tuhan agar dimanapun ada mengambil tindakan, Tuhan memberkati pekerjaan anda. Lalu inti dari semua ini adalah walaupun suatu hal terjadi bertentangan dengan harapan anda, mari tetap berusaha dan berdoa.

Wednesday, September 9, 2015

Dedicated to My Little Brother

0 comments


Dedicated to My Little Brother, Kevin

            Adikku, Kevin Valentino yang sangat kukasihi. Kau adalah alasanku untuk selalu mengucap syukur kepada Dia yang berkuasa. Kau adalah orang yang paling ingin kulindungi dan kusaksikan dalam kebesaranmu kelak.
            Kevin adikku, kau tidak mengerti satu apapun dan kau telah mengajarkan beribu nilai dalam ketidakpahamanmu. Sifatmu yang begitu lugu dan polos membuat engkau semakin banyak dikasihi. Kau melihat banyak keburukan pada dunia dan konsisten untuk tetap menjadi lebih baik. Tetaplah lugu dan polos hingga dewasa nanti. Namun bertumbuhlah dengan wawasan yang semakin luas dan bijaksana.
            Telah dua bulan kau tinggal di asrama dek. Aku terus bertanya-tanya apa saja yang kau lakukan disana. Apa yang kau lakukan tanpa mama? Apa kau bisa bersenang-senang tanpa bapak? Apa kau merindukan kakak-kakakmu? Aku harap kau bisa menikmati masa-masamu di asrama.
            Pada teman-temanku selalu kukatakan kau anak yang nakal. Tetapi kenakalan macam apakah yang bisa diperbuat oleh adikku ini, sebab setiap perbuatannya menebar tawa bagi kami kemudian. Hingga tak berhenti aku menggoda dirimu dan membangkitkan rasa kesalmu padaku.
            Waktu lalu aku mendengar suaramu setelah sebulan tidak bertemu dan berbicara denganmu, rasa haru terus menyesaki dadaku. Ingin aku langsung merangkul dirimu seperti yang kulakukan dulu terhadap adik kecilku ini. Bicaramu yang sangat sopan, tutur katamu yang lembut telah menghanyutkan aku. Rupanya SMA semi militer telah mendidikmu sedemikian rupa. Apa yang telah mereka lakukan pada adikku ini, pikirku. Mataku terus berkaca-kaca karena begitu khawatir sekaligus bersyukurnya aku dengan perubahanmu ini. Coba lihat, adikku yang dulu kerjanya hanya menghabiskan waktu dengan game telah banyak berubah. Sikap rewelnya telah berubah menjadi mandiri dan dewasa.
            Kau tidak pernah mengatakan apapun, tetapi aku tahu matamu. Kau melihat keluargamu sebagai harta yang paling berharga. Aku tahu keluargamu adalah hal yang pertama ada di pikiran dan hatimu. Kerinduanmu tak lain dan tak bukan hanya untuk keluarga. Keberadaanmu menjadikan dunia lebih damai. Mungkin kau adalah hadiah dari surga itu.
            Adikku Kevin, belajarlah dengan sunguh-sunguh serta rajinlah berdoa kepada Tuhan. Karena orang yang bersungguh-sungguh akan mendapat dan orang yang berserah kepadaNya akan diberkati. Mimpilah yang besar. Kejarlah cita-citamu setinggi apapun. Jangan pernah menyerah. Bila kau lihat kakak-kakakmu belajar dengan benar, tirulah yang baik. Ambil saja semua kebaikan dalam diri kami. Jangan merasa rendah. Jauh di dalam hati kami mengharapkan kau berdiri di atas puncak yang paling tinggi.
            Adik kesayangan kakak, aku berdoa untukmu dan hidup yang kau jalani. Semoga Tuhan menyertaimu selalu. Aku mengasihimu sekarang dan selamanya.

           


Friday, August 28, 2015

Cool Water and Fresh Grass

0 comments
AIR SEJUK DAN RUMPUT SEGAR

Terang  hari cepat sekali berubah gelap.
Tahu-tahu telah muncul cakrawala berbeda.
Aku temukan banyak air jernih dan rumput segar yang mengisi kelaparanku.
Diajarkan padaku tentang hidup.
Kukagumi mereka seumur hidupku.
Kucintai mereka karena kesetiaannya.
Pagi hari aku memandangi mereka hingga puas.
Siang hari aku merangkul mereka dengan erat.
Sore hari aku bermain bersama.
Malamnya kurindukan mereka.
Sampai muncul pagi berikutnya, aku diingatkan oleh langit.
Ada padang lain yang mesti dijalani.
Rasanya sakit sekali sampai ke ulu hati.
Kupikir takkan bisa hidup tanpa air jernih dan rumput segar.
Kuceritakan pada mereka cerita langit.
Karena itu yang bisa aku lakukan.
Aku menjelajah belahan bumi lain.
Matahari dan bulan dan pernah berhenti menyinariku.
Kutemukan padang lain.
Padang dengan air sejuk dan rumput segar.
Tetapi yang sebelumnya tetap membuat hatiku gemetar.

NB: Tulisan ini untuk orang-orang yang yang pernah ku temui dalam hidupku yang selalu memotivasi dan menginspirasi (terutama untuk Coach MDC 2010 dan 2011). Orang-orang yang membuatku menyukai mereka seumur hidupku. Mungkin kita tak selalu bersama tetapi kebaikanmu tetap terkenang.
“Sebaik-baiknya orang adalah ia yang bermanfaat bagi orang lain.”

Tuesday, August 25, 2015

Maybe Now

0 comments

Maybe now you just think of yourself.
When you see us. When you see me.
You have no care.
You don't notice.
But you are special for us. For me.
You are the sheep of God.
We care for you.
We made preparation to celebrate your coming.

Maybe now all you think is you can face this one day.
But dear, we have discussed day by day so you can face this world everyday.
So you can live the blessed life that God given.
Be grateful of small mercy.

Maybe now you don't understand.
Don't worry, I was ever in that place too.
I was lost. But then found and saved.
You too will realize you are worthy.
And together we face this world with new soul.


Shepherd the flock of God which is among you, serving as overseers, not by compulsion but willingly, not for dishonest gain but eagerly (1 Peter 5:2)



Dedicated To My Little Sister

0 comments


"Perjalanan mencari pengalaman hidup itu adalah merantau. Sebuah ujian dan pendidikan jasmani-rohani; terakhir untuk membuktikan pengetahuan dan kehandalannyo di muka dunia. Alam semesta menjadi guru pembimbing; yang akan membedakan cahaya kebenaran dan cahaya kesalahan."
Mamak (narasi Christine Hakim) – Merantau

            Tulisan ini adalah ungkapan rinduku untuk adikku yang pertama, Cindy Amelia Tampubolon –seorang perantau di usia muda-. Entah kenapa hari ini sangat merindukanmu. Hari ini tidak berjalan baik. Aku merasa tidak menjadi diriku sendiri. Aku terus tersenyum dan tertawa sepanjang hari, tapi itu bukan aku. Tidak perlu ku ceritakan bagaimana hariku bisa menjadi buruk. Tulisan ini bukan untuk itu. Hanya saja hari ini aku begitu merindukanmu. Bukan hari ini saja, hari-hari yang lalu juga. Kapan terakhir kali kita bicara ya? Oh iya, waktu aku liburan beberapa minggu lalu. Waktu itu kamu menelponku, menangis dan bercerita tentang nilaimu yang buruk. Tapi sayang sekali situasinya tidak tepat, aku sedang sibuk mengerjakan tugasku. Saat itu aku tidak berpikir dengan jernih dan tidak memberikan masukan yang membangun. Katamu, nilaimu pada satu mata pelajaran tertentu sedang jelek, pelajaran *sebut saja: X * “Kenapa? Kok bisa? Hanya kau sajakah? Siapa lagi yang jelek nilainya?” tanyaku waktu itu. “Loh, kok bisa pelajaran X aja gitu?” tanyaku lagi. Benar-benar sebuah tanggapan yang bodoh. “Udahlah, gak usah dipikiri dek, fokus aja untuk pelajaran selanjutnya. Besok IPA –kimia, bio, fisika- kan? Yaudah fokus aja” Kataku lagi dengan asal. Kemudian tertambahkan olehku beberapa kata, “Lagian kenapa kau bisa jelek di pelajaran X? Emang ngapain aja kau?” Kau terus menangis dan berkata, “Belajarnya aku kak. Gak tau aku kenapa bisa gitu...” 

            “Yaudahlah, kadangkala hasil yang kita harapkan memang gak sesuai dengan kerja keras kita. Semangat aja ya.” Harusnya kata-kata itu menjadi obat ampuh pembangkit samangatmu waktu itu. Tapi bukan itu yang kukatakan, malah kalimat yang bersifat menge-judge keluar dari mulutku, “Gak mungkin kau belajar tapi hasilnya jelek. Itu gak mungkinlah. Kalo udah belajar pasti, sesuai dengan hasilnya nanti. Lagian, kalo udah belajar kau, berapa jam kau belajar? Kurangilah waktu tidurmu. Anak-anak olimpiade itu di SMA plus lain pun tidur hanya 3 jam aja. Selainnya membahas soal mereka. Gak bisa rupanya kau kurangi waktu tidurmu?” Tanyaku lebih bodoh. Kali itu, rupanya mamaku mendengar apa yang kukatakan. Heeh, serunya pelan. “Dia kan baru sakit,” Kata mamaku. Tapi aku tidak terlalu mengubris. Lalu secepatnya kamu katakan, “Iya kak. Belajar pun aku untuk besok. Udahlah ya” Dan telepon terputus –kamu mematikan teleponnya-

            Waktu itu aku sangat egois, dek. Bagaimana mungkin aku katakan padamu untuk mengurangi waktu tidurmu yang sebenarnya sangat singkat disana? Padahal aku jelas-jelas tahu bahwa kegiatan rutinitasmu sangat melelahkan disana, apalagi kamu baru sakit kemarin. Kamu harus bangun pagi-pagi sekali, kebersihan, mengerjakan segala sesuatunya sendirian –mencuci dan menggosok baju-, yang dulunya bibi –tukang cuci- yang mengerjakannya. Belum lagi dek, kamu harus mati-matian bersaing dengan teman-temanmu yang super pintar itu. Karena, aku sendiri pahami dek, sekolahmu bukanlah sekolah biasa. Kamu dituntut untuk bisa berkompetisi secara akademis –umumnya ditekankan IPAnya- disana. Bagaimana pun, aku percaya cara belajarmu yang dulu di SMP pastilah sangat jauh berbeda dengan yang sekarang ini. Aku yakin 10 kali lebih bagus. 

            Kamu mendapatkan sekolah yang lebih bagus. Kamu membuat kami bangga. Kami sungguh sangat mengharapkan kamu bisa meraih hal-hal yang kamu cita-citakan, yang lebih hebat daripada kami. Kami memimpikan kamu bisa kuliah di luar negeri seperti di Inggris atau Singapura, tapi kalau kamu juga mendapatkan universitas negeri terbaik seperti UI, UGM, ITB dan semacamnya tentu juga hal yang bagus.

            Maaf dek, aku tau kamu sangat capek disana. Capek belajar dan bekerja. Bahkan mungkin mengerjakan soal-soal latihan tidak sempat lagi, karena sudah banyak tugas dari sekolah. Kadang-kadang aku lupa kamu tinggal di asrama. Kadang-kadang aku lupa bagaimana sengitnya persaingan disana. Kadang-kadang aku lupa kamu butuh teman bicara. Mungkin karena aku tidak tinggal di rumah. Mungkin karena aku berkuliah dan terbiasa dengan tugas sampai-sampai telat tidur. Jadi, ku katakan waktu itu untuk mengurangi waktu tidurmu. Padahal durasi belajarmu di sekolah lebih lama daripada yang kuhadapi. Aku mengibaratkan kamu adalah temanku kuliah, jadi maaf waktu itu. ‘Kurangi waktu belajar’ adalah sesuatu yang sangat tidak pantas aku katakan karena kita sama-sama tau kamu selalu belajar giat. Kamu adalah orang yang cerdas dan serius terhadap tujuan-tujuanmu. Jadi kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapanmu, bukan kamu yang disalahkan. Hanya saja, kamu tidak boleh mengeluh bahkan berputus asa. Kamu hanya perlu terus giat berusaha dan berdoa. Supaya keberuntungan itu jatuh ke tanganmu. Bagaimanapun, kamu sudah melakukan yang terbaik dan tidak ada seorang pun yang bisa meragukan itu. 

            Perlu kamu ketahui dek bahwa tidak ada satu hari pun kami lalui tanpa memikirkanmu. Kamu tinggal jauh dari orangtua yang sebelumnya tidak pernah kami bayangkan. Kamu yang paling bermalasan dahulu –dibandingkan kami- harus melakukan semuanya sendirian tanpa diawasi. Banyak perubahan yang ada dalam dirimu sekarang dek. Kalau di rumah, kamu jadi sering bangun pagi-pagi sekali walaupun hanya untuk nonton TV tapi itu sudah bagus sekali. Kamu juga sering mencuci pakaianmu sendiri di rumah, padahal aku sendiri yang berkuliah dan nge-kos malas mengerjakannya. Sungguh luar biasa perubahan yang kamu alami dek. Pernah suatu kali aku berpikir, mungkin inilah cara Tuhan mendidik kamu, menjadikan kamu seorang yang benar-benar mandiri. CaraNya menempamu menjadi seorang yang berhasil. Berarti Tuhan begitu menyayangi kamu sampai-sampai kamu diberikan kesempatan yang orang lain mungkin ingin mendapatkannya tapi tidak bisa. Bila saatnya berdoa, aku selalu mendoakanmu. Mendoakan supaya kamu betah, tahan dan mampu tinggal disana. Aku mendoakan supaya kamu mendapat teman yang baik disana. Supaya semangatmu semakin menyala-nyala di perantauan sana. Tidak jarang juga, aku membuat list namamu diantara topik doa teman-temanku agar mereka ikut mendoakanmu. Supaya kamu tahu betapa aku sangat memikirkanmu. Bukan memikirkan tentang pencapaianmu. Tetapi pada dirimu sendiri. Supaya kamu senang dan menikmati studimu disana. Karena kalau kamu senang, kami pun akan senang. 

            Ngomong-ngomong soal senang, kemarin aku senang sekali dengan berita bagusmu bahwa kamu juara 1 lomba essay se-Tobasa. Itu prestasi yang harus dipertahankan. Ternyata kamu mewarisi bakat menulisku, padahal kamu bukan anakku –agak ngawur-. Tetaplah menulis dan banyak-banyak membaca literatur supaya semakin luas pengetahuanmu. Banyak berlatih di soal- soal. Yang terpenting tetap berharap, tetap semangat, terus berusaha dan berdoa supaya semua yang baik dilimpahkan padamu. 

            Akhirnya, selesai juga tulisan dariku. Sebenarnya aku tulis ini karena sedang rindu padamu. Hari ini dan hari-hari sebelumnya. Semoga perasaan kita semakin membaik. 

“Sister. She is your mirror, shining back at you with a world of possibilities. She is your witness, who sees you at your worst and best, and loves you anyway. She is your partner in crime, your midnight companion, someone who knows when you are smiling, even in the dark. She is your teacher, your defense attorney, your personal press agent, even your shrink. Some days, she's the reason you wish you were an only child- Barbara alpert-“


                                                                                                                    Medan, 27 Februari 2014

Renew of His Grace

0 comments

There’s nothing more holy than God Himself. Feeling grateful that everyday I feel God renews me. I am a weak creature who often fall into sin. Many temptations and tribulations that await my ways to God. Including struggle with myself. But God always supports me, like He does not want me to get lost. Though I thought it would not matter if one sheep lost

 Dear God, thank You for all the signs that You shows in my life. There's no greater happiness than to know You. I want to love God more. Faithful to Him and His commandments.